Reaksi spesifik protein
Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsion alkarboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimiaseringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau α). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein (Anonim, 2010).
Protein merupakan polimer yang tersusun dari asam amino sebagai monomernya. Monomer-monomer ini tersambung dengan ikatan peptida, yang mengikat gugus karboksil milik satu monomer dengan gugus amina milik monomer di sebelahnya. Reaksi penyambungan ini (disebut translasi) secara alami terjadi di sitoplasma dengan bantuan ribosom dan tRNA. Pada polimerisasi asam amino, gugus -OH yang merupakan bagian gugus karboksil satu asam amino dan gugus -H yang merupakan bagian gugus amina asam amino lainnya akan terlepas dan membentuk air. Oleh sebab itu, reaksi ini termasuk dalam reaksi dehidrasi. Molekul asam amino yang telah melepaskan molekul air dikatakan disebut dalam bentuk residu asam amino (Tim Dosen Kimia, 2009)
Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baik menggunakan enzim maupun dengan menggunakan asam, dengan cara ini diperoleh campuan bermacam-macam asam amino dan untuk menentukan jenis asam amino maupun kualitasnya masing-masing asam amino perlu diadakan pemisahan antara asam-asam amino tersebut (Poedjiadi, 1994).
Seperti halnya senyawa-senyawa lainnya, asam amino dan protein juga dapat mengalami reaksi-reaksi spesifik. Reaksi- reaksi spesifik pada asam amino dan protein pun ada beberapa macam antara lain reaksi dengan pereaksi millon, ninhidrin, nitroprussida, sistin, sistein (Tim Dosen Kimia, 2009).
Ada empat tingkat struktur dasar protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Struktur primer terkait mengenai terbentuknya rantai-rantai dengan ikatan-ikatan peptida dimana jumlah, macam, dan cara terkaitnya (urutan) asam-asam amino mempunyai peranan penting. Struktur sekunderterkait mengenai berlilitnya rantai-rantai polipeptida sampai terbentuknya suatu struktur spiral karena terjadi ikatan hidrogen. Struktur tersier, rantai-rantai polipeptida yang berlilit itu bergabung satu dengan yang laindengan pertolongan ikatan yang lemah yakni ikatan hidrogen dan Van Der Wals sampai terbentuknya lapisan, serat atau biji. Struktur kuartener, tidak semua protein mempunyai struktur kuartener, hanya jika protein itu terdisi atas 2 atau 4 rantai polipeptida yang tergabung oleh gaya bukan ikatan kovalen (bukan ikatan peptide atau disulfida). Gaya yang menstabilkan gabungan itu adalah ikatan hydrogen dan elektrostatik atau ikatan garam. Struktur primer protein mempunyai rangkaian asam amino dan komponen prostetik pembentuk protein. Struktur protein sekunder dan tersier mengacu pada kedudukan tiga matra dari makromolekul; struktur kuartener menyatakan susunan komplek protein aneka rantai. Sinarnya dan cara spektrum yang modern lainnya terutama amat penting untuk menjelaskan ciri keruangan protein. Struktur tersier suatu protein menggambarkan perlipatannya rantai polipeptida. Perlipatan terdapat lebih acak daripada cirri struktur sekundernya, tetapi dapat menunjukkan pola yang teratur. Ikatan disulfida yang terbentuk di antara molekul sisterna memberikan pertautan kovalen yang nisbi kuat mendukung struktur tersier. Protein globular sebagaimana ditunjukkan oleh mieglobin, merupakan contoh yang menarik bagi struktur tersier. Dimana berperan menyimpan dan mengalirkan oksigen . Ini sangat erat kaitannya dengan haemoglobin yang merupakan protein yang rumit (Stanley, 1988).
Ada beberapa ciri molekul protein yaitu (Stanley, 1988) :
1) Berat molekulnya besar, ribuan bahkan sampai jutaan, sehingga merupakan makromolekul.
2) Umumnya terdiri dari 20 asam amino.Asam amino berikatan secara kovalen satu dengan yang lainnya dalam variasi urutan-urutan yang bermacam-macam, membentuk suatu rantai polipeptida. Ikatan peptida merupakan ikatan gugus karboksil dari asam amino yang satu dengan asam amino lainnya.
3) Terdapatnya ikatan kimia lain yang menyebabkan terbentuknya lengkungan-lengkungan rantai polipeptida menjadi struktur 3 dimensi protein. Sebagai contoh ikatan hidrogen, ikatan hidrofob/ikatan apolar, ikatan ion atau ikatan elektrostatik dan ikatan Van der Waals.
4) Strukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti: pH, radiasi, temperatur, dan medium pelarut.
5) Umumnya reaktif dan sangat spesifik, disebabkan terdapatnya gugus samping yang reaktif dan susunan khas struktur molekulnya.
6) Beraksi positif terhadap pereaksi uji-uji yang spesifik seperti: Biuret, Ninhidrin dan Millon, Xantoprotein, Sakaguchi, Adamkiewitz.
Adapun sifat-sifat dari protein yang
membedakannya dari senyawa makromolekul lainnya yakni (Anonim, 2011) :
1. Bila dibakar berbau rambut terbakar.
2. Diendapkan oleh garam-garam logam berat,
misalnya air raksa, timah putih dan timah hitam. Hal ini terjadi bila pHnya
lebih alkali, dimana logam berat tersebut terikat pada gugus karboksilnya
membentuk proteinat logam berat. Reaksi protein dengan logam berat ini dipakai
sebagai dasar pertolongan pertama pada keracunan logam berat dengan cara
melakukan pemberian protein susu atau telur mentah kepada korban yang belum
lama meminum racun tersebut.
3. Asam-asam tertentu dapat mengendapkan
protein oleh karena protein mengandung gugus –NH2. Asam-asam semacam
ini seringkali dinamakan sebagai reagensia alkaloid, misalnya asam
trikloroasetat, asam fosfotungstat, asam fosfomolibdat, asam perklorat, asam
sulfosalisilat.
4. Protein terutama asam amino yang
kandungannya menghasilkan beberapa reaksi warna, diantaranya:
a. Reaksi Xantoprotein yang berdasarkan
reaksi nitrasi benzena asam amino aromatik seperti fenilalanin, tirosin,
triptofan.
b. Reaksi Millon berdasarkan inti fenol
bereaksi dengan reagensia Millon, seperti asam amino tirosin, memberikan warna
merah.
c. Reaksi Sakaguchi berdasarkan adanya gugus
guanidin dengan reagensia Sakaguchi, seperti asam amino arginin, memberikan
warna merah.
d. Reaksi Biuret berdasarkan adanya dua atau
lebih ikatan peptida dengan reagensia Biuret memberikan warna lembayung. Berarti
semua protein menghasilkan warna lembayung.
Permasalahan :
1. Apa yang menyebabkan petida antar protein dapat bergabung menjadi rantai yang panjang ?
2. Menurut anda Perbedaan dari struktur protein dipengaruhi oleh ? Jelaskan
3. Tolong anda jelaskan apa yang terjadi pada Reaksi Xantoprotein?
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 1, yaitu:
BalasHapusApa yang menyebabkan petida antar protein dapat bergabung menjadi rantai yang panjang ?
Dua molekul asam amino dapat saling berikatan membentuk ikatan kovalen melalui suatu ikatan amida yang disebut dengan ikatan peptida. Ikatan kovalen ini terjadi antara gugus karboksilat dari satu asam amino dengan gugus α amino dari molekul asam amino lainnya dengan melepas molekul air. Secara sederhana mekanisme reaksi pembentukan ikatan kovalen dapat dilihat Gambar 14.26.
(http://penelusuranilmu.blogspot.co.id/2011/01/peptida-sebagai-rantai-protein.html?m=1)
Mekanisme pembentukan ikatan peptida sebagai rantai protein
Tiga molekul asam amino dapat bergabung membentuk dua ikatan peptida, begitu seterusnya sehingga dapat membentuk rantai polipeptida.
baiklah saya akan menjawab pertanyaan no 3 yaitu Tolong anda jelaskan apa yang terjadi pada Reaksi Xantoprotein?
BalasHapusjawabannya adalah Uji Xantoprotein merupakan uji kualitatif protein yang positif untuk protein yang mengandung asam amino dengan inti benzen, misalnya tirosin, triptofan, dan fenilalanin. Pada uji Xantoprotein ini, larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi ialah nitrasi atau reaksi substitusi atom H pada benzena yang terdapat pada molekul protein oleh gugus nitro.
baiklah ayu saya akan menjawab permasalahan anda no 2 :
BalasHapusWalaupun bentuk dan struktur protein merupakan rantai linear, hampir semua protein yang di alam dijumpai dalam bentuk melipat menjadi bentuk yang lebih pejal, berupa elips atau bulat membentuk globular (bola). Protein lain membentuk konfigurasi serat, seperti kolagen, tendon, dan sel darah. Polipeptida melakukan lipatan membentuk konformasi ebih stabil melalui antar aksi non kovalen, ikatan hidrogen, gaya van der Waals, dan antar aksi hidrofob antar asam amino pada bagian rantai yang berbeda.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi bentuk dan konformasi protein adalah ada tidaknya gugus prostetik. Misalnya setiap rantai dari keempat rantai polipeptida hemoglobin mengikat dan melipat satu gugus prostetik yang disebut heme. Gugus prostetik dapat berikatan dengan protein secara kovalen maupun non kovalen.
Protein yang tersusun dari rantai asam amino akan memiliki berbagai macam struktur yang khas pada masing-masing protein. Karena protein disusun oleh asam amino yang berbeda secara kimiawinya, maka suatu protein akan terangkai melalui ikatan peptida dan bahkan terkadang dihubungkan oleh ikatan sulfida. Selanjutnya protein bisa mengalami pelipatan-pelipatan membentuk struktur yang bermacam-macam. Adapun struktur protein meliputi struktur primer, struktur sekunder, struktur tersier, dan struktur kuartener