Pembentukan dan Reaktifitas senyawa organometalik
Terdapat beberapa kecenderungan jenis-jenis ikatan yang terbentuk pada senyawaan organologam:
a. Senyawaan ionik dari logam elektropositif
Senyawaan organo dari logam yang relatif sangat elektropositif umumnya bersifat ionik, tidak larut dalam pelarut organik, dan sangat reaktif terhadap udara dan air. Senyawa ini terbentuk bila suatu radikal pada logam terikat pada logam dengan keelektropositifan yang sangat tinggi, misalnya logam alkali atau alkali tanah. Kestabilan dan kereaktifan senyawaan ionik ditentukan dalam satu bagian oleh kestabilan ion karbon. Garam logam ion-ion karbon yang kestabilannya diperkuat oleh delokalisasi elektron lebih stabil walaupun masih relatif reaktif. Adapun contoh gugus organik dalam garam-garaman tersebut seperti (C6H5)3C -Na+ dan (C5H5)2Ca2+ .
b. Seyawaan yang memiliki ikatan -σ (sigma)
Senyawaan organo dimana sisa organiknya terikat pada suatu atom logam dengan suatu ikatan yang digolongkan sebagai ikatan kovalen (walaupun masih ada karakter-karakter ionik dari senyawaan ini) yang dibentuk oleh kebanyakan logam dengan keelektropositifan yang relatif lebih rendah dari golongan pertama di atas, dan sehubungan dengan beberapa faktor berikut:
1. Kemungkinan penggunaan orbital d yang lebih tinggi, seperti pada SiR4 yang tidak tampak dalam CR4.
2. Kemampuan donor alkil atau aril dengan pasangan elektron menyendiri.
3. Keasaman Lewis sehubungan dengan kulit valensi yang tidak penuh seperti ada BR2 atau koordinasi tak jenuh seperti ZnR2.
4. Pengaruh perbedaan keelektronegatifan antara ikatan logam-karbon (M-C) atau karbon-karbon (C-C). 8 c. Senyawaan yang terikat secara nonklasik Dalam banyak senyawaan organologam terdapat suatu jenis ikatan logam pada karbon yang tidak dapat dijelaskan dalam bentuk ionik atau pasangan elektron/kovalensi. Misalnya, salah satu kelas alkil terdiri dari Li, Be, dan Al yang memiliki gugus-gugus alkil berjembatan. Dalam hal ini, terdapat atom yang memiliki sifat kekurangan elektron seperti atom boron pada B(CH3)3. Atom B termasuk atom golongan IIIA, dimana memiliki 3 elektron valensi, sehingga cukup sulit untuk membentuk konfigurasi oktet dalam senyawaannya. Ada kecenderungan untuk memanfaatkan orbital-orbital kosong pada atom B dengan menggabungkannya pada gugus suatu senyawa yang memiliki kelebihan pasangan elektron menyendiri. Senyawa ini terbagi menjadi dua golongan:
1. Senyawa organologam yang terbentuk antara logam-logam transisi dengan alkena, alkuna, benzena, dan senyawa organik tak jenuh lainnya.
2. Senyawa organologam yang memiliki gugus-gugus alkil berjembatan. (Cotton dan Wilkinson, 1989).
c. Senyawaan yang terikat secara nonklasik
Definisi Senyawa Organologam
Senyawa organologam merupakan senyawa dimana minimal terdapat satu atom
karbon dari gugus organik yang berikatan langsung dengan logam. Istilah
organologam biasanya didefinisikan agak longgar, dan senyawa yang
mengandung ikatan karbon dengan fosfor, arsen, silikon, ataupun boron termasuk
dalam katagori ini. Tetapi untuk senyawa yang mengandung ikatan antara atom
logam dengan oksigen, belerang, nitrogen, ataupun dengan suatu halogen tidak
termasuk sebagai senyawa organologam. Sebagai contoh suatu alkoksida seperti
(C3H7O4)Ti tidaklah termasuk senyawa organologam, karena gugus organiknya
terikat pada Ti melalui atom oksigen. Sedangkan senyawa (C6H5)Ti(OC3H7)3
adalah senyawa organologam karena terdapat satu ikatan langsung antara karbon
C dari gugus fenil dengan logam Ti. Dari bentuk ikatan pada senyawa
organologam, senyawa ini dapat dikatakan sebagai jembatan antara kimia organik
dan anorganik.
Sifat senyawa organologam yang umum ialah dimilikinya atom karbon yang lebih
elektronegatif daripada kebanyakan logamnya. Terdapat beberapa kecenderungan jenis-jenis ikatan yang terbentuk pada senyawaan organologam:
a. Senyawaan ionik dari logam elektropositif
Senyawaan organo dari logam yang relatif sangat elektropositif umumnya bersifat ionik, tidak larut dalam pelarut organik, dan sangat reaktif terhadap udara dan air. Senyawa ini terbentuk bila suatu radikal pada logam terikat pada logam dengan keelektropositifan yang sangat tinggi, misalnya logam alkali atau alkali tanah. Kestabilan dan kereaktifan senyawaan ionik ditentukan dalam satu bagian oleh kestabilan ion karbon. Garam logam ion-ion karbon yang kestabilannya diperkuat oleh delokalisasi elektron lebih stabil walaupun masih relatif reaktif. Adapun contoh gugus organik dalam garam-garaman tersebut seperti (C6H5)3C -Na+ dan (C5H5)2Ca2+ .
b. Seyawaan yang memiliki ikatan -σ (sigma)
Senyawaan organo dimana sisa organiknya terikat pada suatu atom logam dengan suatu ikatan yang digolongkan sebagai ikatan kovalen (walaupun masih ada karakter-karakter ionik dari senyawaan ini) yang dibentuk oleh kebanyakan logam dengan keelektropositifan yang relatif lebih rendah dari golongan pertama di atas, dan sehubungan dengan beberapa faktor berikut:
1. Kemungkinan penggunaan orbital d yang lebih tinggi, seperti pada SiR4 yang tidak tampak dalam CR4.
2. Kemampuan donor alkil atau aril dengan pasangan elektron menyendiri.
3. Keasaman Lewis sehubungan dengan kulit valensi yang tidak penuh seperti ada BR2 atau koordinasi tak jenuh seperti ZnR2.
4. Pengaruh perbedaan keelektronegatifan antara ikatan logam-karbon (M-C) atau karbon-karbon (C-C). 8 c. Senyawaan yang terikat secara nonklasik Dalam banyak senyawaan organologam terdapat suatu jenis ikatan logam pada karbon yang tidak dapat dijelaskan dalam bentuk ionik atau pasangan elektron/kovalensi. Misalnya, salah satu kelas alkil terdiri dari Li, Be, dan Al yang memiliki gugus-gugus alkil berjembatan. Dalam hal ini, terdapat atom yang memiliki sifat kekurangan elektron seperti atom boron pada B(CH3)3. Atom B termasuk atom golongan IIIA, dimana memiliki 3 elektron valensi, sehingga cukup sulit untuk membentuk konfigurasi oktet dalam senyawaannya. Ada kecenderungan untuk memanfaatkan orbital-orbital kosong pada atom B dengan menggabungkannya pada gugus suatu senyawa yang memiliki kelebihan pasangan elektron menyendiri. Senyawa ini terbagi menjadi dua golongan:
1. Senyawa organologam yang terbentuk antara logam-logam transisi dengan alkena, alkuna, benzena, dan senyawa organik tak jenuh lainnya.
2. Senyawa organologam yang memiliki gugus-gugus alkil berjembatan. (Cotton dan Wilkinson, 1989).
c. Senyawaan yang terikat secara nonklasik
Dalam banyak senyawaan organologam terdapat suatu jenis
ikatan logam pada karbon yang tidak dapat dijelaskan dalam bentuk ionik atau
pasangan elektron/kovalensi. Misalnya, salah satu kelas alkil terdiri dari Li,
Be, dan Al yang memiliki gugus-gugus alkil berjembatan. Dalam hal ini, terdapat
atom yang memiliki sifat kekurangan elektron seperti atom Boron pada B(CH3)3.
Atom B termasuk atom golongan IIIA, dimana memiliki 3 elektron valensi,
sehingga cukup sulit untuk membentuk konfigurasi oktet dalam senyawaannya.
Konsep
dasar Organologam dan Reaksi-reaksi Pembentukan Organologam
Pada
dasarnya Organologam prinsipnya yaitu atom-atom Karbon dari gugus organik
terikat kepada atom logam. Konsep ini yang mendasari Organologam, sehingga
banyak cara untuk menghasilkan ikatan-ikatan logam pada Carbon yang berguna
bagi kedua logam transisi dan non-transisi. Beberapa yang lebih penting adalah
sebagai berikut:
1.
Reaksi Logam langsung ; sintesis yang paling awal oleh ahli
kimia Inggris, Frankland dalam tahun
1845 adalah interaksi antara Zn dan suatu alkil Halida. Adapun yang lebih
berguna adalah penemuan ahli kimia Perancis, Grignard yang dikenal sebagai
pereaksi Grignard. Contohnya interaksi Magnesium dan alkil atau aril Halida
dalam eter:
Mg + CH3I → CH3MgI
Interaksi langsung alkil atau aril Halida juga terjadi
dengan Li, Na, K, Ca, Zn dan Cd.
2.
Penggunaan zat pengalkilasi. Senyawa ini dimanfaatkan untuk
membuat senyawa organologam lainnya. Kebanyakan Halida nonlogam dan logam atau
turunan Halida dapat dialkilasi dalam eter atau pelarut hidrokarbon, misalnya :
PCl3 + 3C6H5MgCl → P(C6H5)3 +
3MgCl2
VOCl3 + 3(CH3)3SiCH2MgCl
→ VO(CH2SiMe3)3 + 3MgCl2
3. Interaksi
Hidrida Logam atau nonlogam dengan alkena atau alkuna.
4. Reaksi
Oksidatif adisi. Reaksi yang dikenal sebagai reaksi Oksa dimana Alkil atau Aril
Halida ditambahkan pada senyawa logam transisi Koordinasi tidak jenuh
menghasilkan ikatan logam Karbon. Contohnya:
RhCl(PPh3)3
+ CH3I → RhClI(CH3)(PPh3)2 + PPh3
5. Reaksi
Insersi yaitu reaksi yang menghasilkan ikatan-ikatan dengan Karbon, sebagai
contoh:
SbCl5 + 2HC CH→Cl3Sb(CH=CHCl)2
Atom pusat dari suatu senyawa kompleks
yang digunakan antara lain logam-logam transisi deret pertama seperti: Cr, Mn,
Fe, Co, Ni, Cu, dan Zn (HIjazi et al, 2008). Ligan dari suatu senyawa
komplek dapat mempengaruhi bentuk geometri dari senyawa organologam itu sendiri
sehingga dapat dimanfaatkan dalam berbagai reaksi kimia.
Reaksi
Grignard
Reaksi Grignard adalah reaksi kimia organologam di mana alkil
- atau Aril-magnesium halides (reagen Grignard) menambah gugus karbonil
Aldehida atau keton. Reaksi ini adalah alat penting untuk pembentukan ikatan
antar karbon. Reaksi Halida organik dengan magnesium bukan reaksi Grignard, tetapi
menyediakan peraksi Grignard. Pereaksi Grignard memiliki rumus umum RMgX dimana
X adalah sebuah halogen, dan R adalah sebuah gugus alkil atau aril (berdasarkan
pada sebuah cincin benzen). Pereaksi Grignard sederhana bisa berupa CH3CH2MgBr.
MEKANISME REAKSI
Reagen Grignard berfungsi sebagai nukleofil, menyerang atom
karbon elektrofilik yang hadir dalam ikatan polar gugus karbonil. Penambahan
pereaksi Grignard untuk karbonil biasanya hasil melalui keadaan transisi
enam-beranggota cincin.
Mekanisme dari reaksi Grignard:
Namun, dengan pereaksi Grignard terhalang, reaksi dapat
melanjutkan dengan transfer elektron tunggal. Jalur serupa diasumsikan untuk
reaksi lain dari reagen Grignard, misalnya, dalam pembentukan ikatan antara
karbon-fosfor, timah-karbon, karbon-silikon, boron-karbon dan
karbon-heteroatom.
REAKSI-REAKSI DARI PEREAKSI GRIGNARD
Reaksi pereaksi Grignard dengan senyawa-senyawa karbonil
Reaksi antara berbagai macam senyawa karbonil dengan pereaksi
Grignard bisa terlihat sedikit rumit, walaupun pada kenyataannya semua senyawa
karbonil bereaksi dengan cara yang sama – yang berbeda hanyalah gugus-gugus
yang terikat pada ikatan rangkap C=O.
Apa yang terjadi pada reaksi ini jauh lebih mudah dipahami
dengan mencermati persamaan umumnya (menggunakan gugus "R" bukan
gugus tertentu) – setelah anda memahami dengan gugus R barulah bisa diganti
dengan gugus yang sesungguhnya jika diperlukan.
Reaksi-reaksi yang terjadi pada dasarnya sama untuk reaksi
dengan karbon dioksida – yang membedakan hanya sifat-sifat produk organiknya.
Pada tahap pertama, pereaksi Grignard diadisi ke ikatan
rangkap C=O:
Asam encer selanjutnya ditambahkan untuk menghidrolisisnya.
(Pada persamaan berikut digunakan persamaan umum dengan tidak mempertimbangkan
fakta bahwa Mg(OH)Br akan bereaksi lebih lanjut dengan asam yang ditambahkan.) sehingga terbentuk alkohol.
PERMASALAHAN
1. 1. suatu aloksida seperti (C3H7O)4Ti
tidaklah dianggap sebagai suatu senyawa organologam , mengapa demikian?
1. 2. Dalam
banyak senyawaan organologam terdapat suatu jenis ikatan logam pada karbon yang
tidak dapat dijelaskan dalam bentuk ionik atau pasangan elektron/kovalensi.
Misalnya, salah satu kelas alkil terdiri dari Li, Be, dan Al yang memiliki
gugus-gugus alkil berjembatan.yang dimaksud jembatan antara ialah ?
1. 3.
Apa yang terjadi jika dalam sebuah reaksi
menggunaan ligan kompleks ?
baiklah saudari ayu saya akan mencoba menjawab permasalahan anda yang ketiga yaitu apa yang terjadi jika dalam sebuah reaksi menggunakan ligan kompleks ? jadi apa bila dalam reaksi tersebut menggunakan ligan kompleks hal ini dapat mempengaruhi bentuk geometri dari senyawa organologam itu sendiri sehingga dapat dimanfaatkan dalam berbagai reaksi kimia. Contohnya seperti Ni(CO)4 memiliki bentuk tetrahedral.
BalasHapusBaiklah saudari ayu disini saya akan mencoba menjawab permasalahan yang kedua yaitu Dalam banyak senyawaan organologam terdapat suatu jenis ikatan logam pada karbon yang tidak dapat dijelaskan dalam bentuk ionik atau pasangan elektron/kovalensi. Misalnya, salah satu kelas alkil terdiri dari Li, Be, dan Al yang memiliki gugus-gugus alkil berjembatan.yang dimaksud jembatan antara ialah ?
BalasHapushal ini dikarenakan , terdapat atom yang memiliki sifat kekurangan elektron seperti atom Boron pada B(CH3)3. Atom B termasuk atom golongan IIIA, dimana memiliki 3 elektron valensi, sehingga cukup sulit untuk membentuk konfigurasi oktet dalam senyawaannya.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusBaiklah saudari ayu disini saya akan mencoba menjawab permasalahan yang pertama yaitu
BalasHapussuatu aloksida seperti (C3H7O)4Ti tidaklah dianggap sebagai suatu senyawa organologam , mengapa demikian ?
Senyawa organologam adalah senyawa di mana atom-atom karbon dari gugus organik terikat kepada atom logam. Contoh, suatu aloksida seperti (C3H7O)4Ti tidaklah dianggap sebagai suatu senyawa organologam karena gugus organiknya terikat pada Ti melalui oksigen, sedangkan C6H5Ti(OC3H7)3 karena terdapat satu ikatan langsung antara karbon C dari gugus fenil dengan logam Ti.HH Istilah organologam biasanya didefenisikan agak longgar, dan senyawaan dari unsur-unsur seperti Boron, fosfor, dan silikon semuanya mirip logam. Tetapi untuk senyawa yang mengandung ikatan antara atom logam dengan oksigen, belerang, nitrogen, ataupun dengan suatu halogen tidak termasuk sebagai senyawa organologam. Dari bentuk ikatan pada senyawa organologam, senyawa ini dapat dikatakan sebagai jembatan antara kimia organik dan anorganik.